Minggu, 15 Mei 2011

SELAMAT DATANG DI SDN CENTER MANGALLI

SDN Center Mangalli adalah salah satu sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Letaknya di Jalan Poros Gowa - Takallar  berhadapan dengan Terminal Cappa Bungayya yang dikelilingi oleh beberapa Perumahan membuat sekolah ini berkembang dengan pesatnya dari tahun ke tahun. Itulah sebabnya hingga kini siswanya mencapai lebih dari 900 dengan 24 rombongan belajar.

Perbagai prestasi pun diraihnya, Hampir seluruh mata pelajaran yang diolimpiadekan, selalu diwakili oleh sekolah SDN Center Manggali baik di tingkat Kecamatan maupun di tingkat Kabupaten. Begitu pula dengan cabang- cabang olahraga, sekolah ini menjadi sumber lahirnya talenta-talenta baru dalam cabang olah raga. 

Walaupun jumlah staf dan guru-guru masih terbilang sedikit karena hanya berjumlah lebih kurang 30 orang guru dan staf yang terdiri atas guru-guru negeri dan swasta (magang), keterlibatan masyarakat utamanya orang tua siswa cukup membanggakan. Mereka bukan hanya terlibat membantu para guru dalam membina peserta didik, melainkan juga membina para guru dalam memberikan pelatihan-pelatihan, workshop, dan seminar-seminar. Bahkan SDN Center Mangalli telah mengintegrasikan MULTIPLE INTELLIGENCE (kecerdasan Jamak) dalam pembelajaran.

MODEL PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN GURU


Pembinaan  guru di SDN Center Mangalli dilakukan dengan cara melibatkan pihak ketiga dalam hal ini LSM atau orang tua murid bekerja sama dengan kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas dalam mengamati proses belajar-mengajar.  Hasil pengamatan kemudian didiskusikan dan guru tersebut mendapat pembinaan langsung baik dari kepala sekolah maupun dari pihak ketiga.

Hasil pengamatan juga dijadikan dasar dalam pembinaan semua guru melalui kegiatan pelatihan, workshop, atau seminar-seminar. Adapun berbagai kegiatan pelatihan dan workshop yang sudah dilakukan adalah:

1. Pengembangan KTSP
2. Berbagai strategi Pembelajaran (Kooperatif learning, Pakem, lesson study, dll)
3. Desain Pembelajaran inovatif
4. Penelitian Tindakan Kelas
5. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
6. Penyusunan Sillabus dan RPP
7. Pengembangan Media Pembelajaran
8. Teknik Evaluasi Pembelajaran
9. Teori, konsep, dan Praktek Terbaik Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa
10. Penerapan Aktivitas Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligence), dll. 

APA KATA KEPALA SEKOLAH TENTANG KEADAAN GURU SDN CENTER MANGALLI


Setelah Kepala Sekolah SDN Center Mangalli melakukan pengamatan tentang bagaimana pemahaman guru berkaitan dengan kecerdasan jamak. Ditemukan bahwa belum semua guru memahami tentang kecerdasan Jamak. Masih ada guru yang tidak memahami bakat dan talenta yang dimiliki peserta didik.  Misalnya ketika guru mengajar, kemudian ada peserta didik yang memukul-mukul meja sembari mendengarkan apa yang sedang dijelaskan oleh gurunya. Kadang-kadang peserta didik tersebut dianggap nakal dan guru pun menghukumnuya dengan maksud untuk mendidik. Padahal jika dikaji secara mendalam  anak tersebut memiliki bakat dan talenta di bidang musik, lebih khusus lagi sangat pintar dalam memukul salah satu alat musik drum.

Begitu pun berbagai kebiasaan peserta didik yang cenderung berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain dan cenderung menggunakan bahasa tubuh dalam setiap kali diberi pertanyaan. Peserta didik tersebut sebetulnya memiliki keterampilan yang mumpuni di bidang olah raga. Berbagai karakter yang dimiliki peserta didik cenderung dinilai keliru oleh banyak guru. Oleh karena itu, Pemahaman guru terhadap kecerdasan jamak sangat penting diberikan dan dilatihkan sehingga mereka dapat merancang pembelajaran berbasis kecerdasan jamak dengan maksud mengembangkan kemampuan, sikap, dan keterampilan peserta didik.

KEGIATAN SDN CENTER MANGALLI












BERPIKIR KRITIS (Critical Thinking)

Pengantar
Berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif untuk mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang logis dan bukti empiris yang kuat. Berpikir kritis adalah proses berpikir sistematis dalam mencari kebenaran dan membangun keyakinan terhadap sesuatu yang dikaji dan ditelaah secara faktual dan realistis. Dalam lingkungan sekolah, Johson (2007: 185) mengatakan secara spesifik bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang terorganisir yang memungkinkan peserta didik  mengevalusi fakta, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain.
Untuk memahami lebih dalam tentang makna berpikir kritis, berikut ini diturunkan definisi klasik yang menggambarkan hakekat dan karakteristik dari orang yang berpikir kritis. Penulis merujuk pada pandangan John Dewey, Edward Glaser, Robert Ennis, Richard Paul dalam dalam Fisher (2001: 2—5). Pertama, John Dewey melihat berpikir kritis itu pada dasarnya adalah berpikir reflektif, di mana dikatakan bahwa:   

Critical thinking or reflective thinking is an active, persistent, and careful consideration of a belief or suppose form of knowledge in the light of the grounds which support it and the further conclusions to which it tends.            

Di sini, John Dewey menekankan bahwa berpikir kritis merupakan proses yang aktif, maksudnya untuk mengontraskan proses berpikir seseorang pada umumnya dalam menerima atau memperoleh informasi dari pihak lain yang cenderung menerima begitu saja secara pasif.  Memang, tak dapat dibantah bahwa berpikir kritis pasti melewati proses yang aktif, di mana ketika seseorang memikirkan sesuatu yang ingin dilakukan atau yang hendak dipaparkan, begitu pun ketika ingin mengajukan pertanyaan dan mencari informasi yang relevan dengan objek yang diinginkan.
Berpikir kritis juga dipandang sebagai suatu keyakinan yang kuat dan hati-hati dengan maksud untuk mengonstraskan sistem berpikir seseorang yang tidak reflektif atau tanpa melibatkan pemikiran yang komprehensif. Misalnya ketika seseorang begitu cepat sampai kepada suatu kesimpulan atau keputusan yang dangkal dalam berbuat atau bertindak tanpa menelusuri dan mengkaji esensi makna yang terkandung di dalamnya. Memang benar bahwa ketika menyimpulkan sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat, tetapi sering tidak diambil secara komprehensif.
Namun demikian, yang paling penting dalam pandangan John Dewey adalah apa yang dia sebut sebagai “grounds which support” (dasar pemikiran yang mendukung) sesuatu sehingga dapat disimpulkan. Artinya, dasar pijakan berpikirnya harus didasarkan pada alasan rasional dan implikasinya harus dikaji dari sudut pandang kecenderungannya.
Kedua, Edward Glaser mengembangkan pandangannya dengan mengonstruksi pandangan John Dewey, di mana berpikir kritis dipandang sebagai:

(1)  An attitude of being disposed to consider in a thoughtful way the problems and subjects that come within the range of one’s experience; (2) knowledge of the methods of logical enquiry and reasoning; and (3) some skill in applying those methods. Critical thinking calls for a persistent effort to examine any belief or supposed form of knowledge in the light of the evidence that supports it and the further conclusions to which it tends.   
 
Walaupun pandangan ini lebih banyak mendasarkan diri pada definisi yang dikemukan oleh John Dewey, namun beberapa poin yang sangat esensial dapat dijelaskan. Suatu sikap yang ingin mempertimbangkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman seseorang dengan cara yang bijaksana menunjukkan bahwa berpikir kritis itu bukan hanya menghadirkan suatu sikap keinginanan untuk mempertimbangkan sesuatu dalam menyelesaikan masalah, melainkan juga harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan tenggang rasa.
Begitu pula dengan pengetahuan tentang metode penyelidikan dan alasan logis menunjukkan bahwa untuk berpikir kritis diharuskan adanya pemahaman yang dalam tentang cara-cara ilmiah dan rasional untuk memproduksi dan menghasilkan sesuatu. Tidak hanya itu saja, diperlukan keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Ketiga, definisi yang dianggap paling banyak digunakan secara luas, yakni pandangan Robert Ennis tentang berpikir kritis, di mana dikatakan bahwa “critical thinking is reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe and do.” Frase  reasonable dan reflective nampaknya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok dengan dua definisi sebelumnya, tetapi pernyataan deciding what to believe and do menunjukkan bahwa bagi Ennis membuat keputusan merupakan bahagian yang tak terpisahkan dengan cara berpikir kritis.
Keempat, berpikir kritis yang ditinjau dari perspektif filsafat oleh Richard Paul, yang memandang bahwa berpikir kritis itu adalah berpikir tentang pikiran itu sendiri. Secara lengkap dikatakan bahwa:

Critical thinking is that mode of thinking – about any subject, content, or problem – in which the thinker improves the quality of his or her thinking by skillfully taking charge of the structures inherent in thinking and imposing intellectual standards upon them. 

Salah satu hal yang sangat menarik untuk digarisbawahi dalam pernyataan ini adalah thinking about the quality of thinking (berpikir tentang kualitas berpikir). Dengan kata lain dapat dinyatakan berpikir tentang pikirannya seseorang atau sering disebut dengan istilah metakognisi (metacognition). Bagi Paul, berpikir kritis itu adalah bermetakognisi.
  
Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka berpikir kritis itu adalah (1) proses berpikir aktif untuk mengkaji hakekat dari suatu objek, (2) memahami secara komprehensif tentang berbagai pendekatan yang digunakan sehingga muncul suatu keyakinan yang kuat (pendekatan langsung, observasi langsung, wawancara mendalam, dan lain-lain), (3) membuat alasan rasional tentang objek yang dikaji, (4) membuat asumsi-asumsi yang dikonstruksi berdasarkan pertimbangan dari berbagai alasan rasional, (5) mengungkap kandungan makna dengan merumuskan ke dalam bahasa yang sesuai dan bijaksana, (6) mengungkap bukti-bukti empiris dari setiap makna kata-kata yang telah dirumuskan, (7) membuat keputusan berdasarkan kajian mendalam dari bukti-bukti empiris yang ada, dan (8) mengevaluasi implikasi dari hasil keputusan yang dibuat (berpikir tentang kualitas berpikir, metacognition).
Sering orang membayangkan bahwa aktivitas pembelajaran berpikir kritis dianggap sangat sulit diterapkan pada kelas-kelas rendah atau bahkan di lingkungan sekolah dasar. Anggapan demikian tidak lah demikian jika materi dan tahapan-tahapan berpikir kritis itu dapat disederhanakan atau disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.

Tujuan
Melalui aktivitas pembelajaran berpikir kritis, peserta didik dapat:
a.      Memahami dan menguasai tahapan-tahapan dalam berpikir ilmiah.
b.     Mengkaji suatu objek secara komprehensif dengan melibatkan proses berpikir aktif dan reflektif.
c.      Mempelajari sesuatu secara sistematis dan terorganisir dalam menemukan inovasi dan solusi orisinal.
d.     Membangun argumen dan opini berdasarkan bukti-bukti empiris dan alasan yang rasional
e.      Membuat keputusan dengan mempertimbangkan berbagai komponen secara adil dan bijaksana.

Bahan/alat
-   Alat tulis-menulis                            - pencil
-   Fulpen                                              - buku catatan
-  kapur/spidol                                   - papan tulis atau computer  
- LCD projector atau software                - buku teks atau bahan ajar

Prosedur

a.      Guru memberikan peserta didik tugas atau bahan ajar yang akan dikaji. 
b.     Guru menyampaikan aturan main dalam mengkaji bahan ajar tersebut (boleh dilakukan secara kelompok atau mandiri).
c.      Peserta didik (secara kelompok atau mandiri) mengidentifikasi hakekat dari objek yang dikaji
d.     Peserta didik menggunakan sudut pandang atau menentukan pendekatan yang digunakan dalam menganalisis bahan ajar tersebut.
e.      Peserta didik mencari dan membuat alasan yang mendasari temuannya
f.       Peserta didik membuat berbagai asumsi yang mungkin terjadi (boleh menggunakan pernyataan jika………., maka…………..).
g.     Peserta didik merumuskan pandangannya dengan bahasa yang sesuai.
h.     Peserta didik menyediakan bukti-bukti empiris berdasarkan data.
i.       Peserta didik membuat keputusan berdasarkan bukti empiris.  
j.       Guru dan peserta didik bersama-sama melakukan evaluasi terhadap implikasi yang ditimbulkan dari hasil keputusan tersebut.


MEMBACA BIOGRAFI

Salah satu cara memahami hakekat manusia dan alam sekitar adalah belajar melalui membaca buku-buku biografi atau memoir. Memahami pengalaman orang lain dalam menghadapi segala tantangan hidup merupakan contoh konkrit yang dapat dijadikan teladan dalam mengatasi kehidupan. Misalnya; belajar bisnis melalui membaca biografi pengusaha, belajar politik melalui memoir politisi, belajar mengelola Negara melalui biografi negarawan, belajar pendidikan melalui biografi pendidik, dan sebagainya.
Membaca biografi orang bukan hanya memberi pengetahuan yang mendalam tentang sejarah masa lalu ke pada peserta didik, melainkan juga memberi inspirasi baru untuk merencanakan dan merekayasa masa depan. Selain itu, peserta didik juga dapat membuat biografi dirinya sendiri atau orang lain dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit pengalaman hidup yang pernah dialami melalui kumpulan tulisan berseri seperti yang dilakukan dalam filem yang berjudul KAMBING-KAMBING JANTAN, di mana kumpulan-kumpulan tulisan sederhana yang dimuat di weblog, kemudian difilemkan.
Membaca biografi dapat diberikan kepada peserta didik pada kelas-kelas rendah dan juga kelas-kelas tinggi tergantung dari jenis biografi yang sesuai dengan pengetahuan peserta didik.  Sayangnya, tidak banyak biografi yang tulis dan sesuai benar dengan keadaan peserta didik yang masih berada di kelas rendah pada umumnya. Oleh karena itu, guru dapat menulis biografi sederhana yang dapat dibaca dalam waktu 10 – 20 menit yang ketebalannya berkisar antara 10-20 halaman.
Hasil pengamatan penulis terhadap mata pelajaran reading (membaca) pada sekolah-sekolah dasar di kota Tucson Arizona (2003), Cedar Falls Iowa (2004-2007), dan Columbus Ohio (2010) Amerika Serikat menunjukkan bahwa peserta didik yang masih berada di kelas-kelas rendah diharuskan membaca buku-buku komik, cerita, atau biografi sederhana dan melaporkan hasil bacaannya itu baik secara lisan maupun tertulis pada setiap minggu. Sedangkan, bagi peserta didik yang berada di kelas-kelas tinggi seperti di kelas IV, V, dan VI diharusnya membaca komik, cerita, atau buku-buku biografi pada minggu sebelumnya, kemudian merekonstruksi ke dalam bahasanya sendiri pada minggu berikutnya. Sering terjadi guru memberikan lebih dari satu buku untuk dibaca dalam satu minggu dan merekonstruksi ke dalam bahasa sendiri dan dilaporkan, kemudian diperiksa dan dikembalikan kepada peserta didik.
 Hal inilah yang dapat membangun tradisi baca-tulis kepada peserta didik yang hingga dewasa muncul dalam suatu kebiasaan membaca dan menulis kapan dan di mana pun mereka berada. Kesadaran membaca dan menulis ini pula yang melahirkan generasi-generasi cerdas yang dapat membangun bangsa dan Negaranya secara cerdas pula. Oleh karena itu, buku-buku biografi mulai dari yang mudah sampai pada buku-buku biografi orang-orang terkenal sangat mudah diperoleh baik di dalam perpustakaan sekolah lebih-lebih di took- toko buku terdekat.

 Tujuan
Membaca biografi bagi peserta didik bertujuan untuk:
a.      Memahami riwayat dan sejarah hidup para tokoh yang hidup pada masa sebelumnya
b.     Mengonstruksi makna dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan para tokoh terkenal
c.      Memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi peserta didik sehingga dapat mencontoh dan berusaha mengambil pelajaran yang berharga
d.     Dapat mengimplementasikan pengalaman para tokoh yang dibaca tersebut dalam kehidupan nyata.

Bahan/alat
- Alat tulis-menulis                       - pensil
- fulpen                                         -  kertas
- penghapus                                  - buku catatan
- buku cerita                                  - computer/laptop
- printer                                         - kertas HVS/folio
- staples                                         - lapban/isolosi.


Prosedur

a.      Guru menentukan jenis buku biografi atau memoar yang akan dibaca oleh peserta didik (boleh juga peserta didik mencari sendiri)
b.     Guru menentukan jangka waktu untuk membaca dan melaporkan
c.      Peserta didik mencari buku biografi yang diminati baik di perpustakaan sekolah, maupun di perpustkaan daerah.
d.     Peserta didik membaca buku biografi tersebut dan menggarisbawahi hal-hal yang menarik
e.      Peserta didik mengonstruksi makna yang diangkat dari sisi-sisi penting dari kehidupan tokoh
f.       Mengaitkan keunggulan-keunggulan para tokoh dengan situasi yang terjadi di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
g.     Peserta didik  menulis dan melaporkan hasil bacaannya tentang biografi tokoh.